MENANTI JAWABAN LUKA HINGGA MENEKUR
Puisi JAUZA IMANI
Kepada luka masihkah kau menganga?
Membiarkan debu-debu dan kotoran mengusik gelisahmu yang kian dalam
Sayatan terasa pedih bertabur butiran pasir seperti bunga-bunga kematian di atas pusara
Kepada kecewa akankah kau melupakan gembira?
Saat bocah berlarian dengan mata bulat memanggil tanpa suara rindukan dekapan ibu
Kaki-kaki kecil menari dalam irama sunyi hanya kau yang mendengar suara-suara peradaban
Kepada hasrat lupakah kau jalan menuju langit?
Kau lukis sejak matahari menanam harap hingga bulan memetik mimpi yang tak pernah usai
Sebab pelangi tak berjanji selalu datang hingga hujan bersepakat pada keindahan
Kepada damai ingatkah kau kepada sebaris janji?
Kini tengah kau wujudkan dalam lembaran-lembaran hitam tanpa tanda tangan
Mengusir gaduh pada deru metropolitan yang penghuninya lupa jalan pulang
Kepada perang bisakah kau melawan tanpa senjata?
Bisukan dentum meriam berlompatan di awan bersama amarah yang merah
Lumpuhkan kuasa yang dipinjam dari keserakahan dan melupakan pemilik kehidupan
Kepada MU
Cukuplah aku menekur
Kau memberi jawab sebelum tanya
Nyata terekam di alam kubur
Bandarlampung, Maret 2022
Jauza Imani, bernama asli Nurhikmah Imani. Lahir dan tinggal di Bandarlampung, seorang ibu dari dua anak laki-laki. Tulisannya tergabung dalam beberapa antologi bersama baik cerpen maupun puisi sejak tahun 2016. Buku puisi tunggal pertama, Hujan Kau Selalu Begitu, terbit Maret 2017. Buku puisi terbaru kolaborasi dengan penyair Kurnia Effendi, Piknikita (Juli 2021), dan buku cerita anak Cerita Pertama Untuk Rara (September 2021).
Kini aktif di Dewan Kesenian Lampung, tergabung dalam Penyair Perempuan Indonesia, Komunitas Nulis Aja Dulu, Dapur Sastra Jakarta, Hari Puisi Indonesia, serta beberapa komunitas sastra lainnya.
Penulis dapat dihubungi melalui email nurhikmah.imani126@gmail.com akun IG @noenkyarane, Facebook Jauza Imani dan telepon/WA 08111222126.