Ramadhan Tidak Pernah Pergi
Oleh: Eva Nurul Khasanah
Mari membereskan perut
jangan sampai buncit
apalagi keriput.
Mari ambil jatah untuk besok,
tiba waktunya menanggalkan makan juga minum, sebentar
dan dari sisihan terbaik teruntuk yang di jalan
yang meminta atau tidak meminta
atau sekedar bertukar dengan harap, diterima
dari takjil dalam arti sebenarnya.
Di masjid- masjid biarkan anak- anak
bermain, berteriak, berlari ke sana kemari
atau duduk untuk belajar
belum saatnya mereka diam atau bertindak,
wajahnya yang polos akan menenangkan
senja dengan semburat jingganya
malam pada bunyi petasannya
cinta fajar pada masa yang akan datang.
Mari mengenang sekaligus melupakan
satu demi satu senyum dan tangis
dengan maaf dan terima kasih
menyambut kemenangan,
sebagai salam perpisahan untuk penantian panjang
menunggu sempat yang bisa saja diambil kapanpun?
Hari ini beberapa telah kembali
berbondong- bondong menuju satu titik
bangunan berkubah yang sempat kehilangan riuhnya,
Ramadhan tidak pernah pergi
tapi, rindu mulai terobati
bersama suka yang bisa dipetik
dari duka yang sebagian kita ingat,
sekarang pantas dijaga?
Kulon Progo, 01 April 2022
Ramadhan tiba besok fajar, dan kerinduan sebab pandemi akan mulai terobati. Jarak diantara kita mulai pudar.
Biodata Penulis
Eva Nurul Khasanah, lahir tanggal 1 Juni 1999, mahasiswi Prodi PBSI Universitas PGRI Yogyakarta (UPY). Puisi berjudul "105 Kata untuk Mimpi Ku" mendapat juara 3 di Pekan Jurnalistik (2019) yang diadakan kampusnya. Karyanya tersiar di sejumlah media online dan antologi bersama diantaranya Kluwung Lukisan Maha Cahaya (2020), Sajak- sajak Perjuangan (2020), Nayanika (2020), dan Duhkita ( 2021). Sekretaris komunitas Sastra-Ku ini tinggal di Sidorejo Lendah Kulon Progo